Berkembangnya pariwisata
Banyuwangi, mendorong rakyatnya untuk berlomba-lomba membuat destinasi wisata baru. Anak-anak muda
Banyuwangi, tergugah untuk mengoptimalkan potensi wisata di daerahnya.
Seperti di Dusun Tegalpare, Desa Ringin Putih, Kecamatan Muncar,
Banyuwangi. Para anak muda dan remaja Tegalpare, membuat destinasi wisata konservasi Mangrove, Panorama Kili-Kili.
Bahkan secara swadaya dengan bimbingan Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan
Banyuwangi, mereka Membuat jembatan kayu sepanjang setengah kilometer di dalam hutan
mangrove.
Panorama Kili-Kili merupakan wisata edukasi konservasi mangrove. Letaknya di Pantai Telukpangpang Muncar, sekitar satu jam perjalanan dari Kota Banyuwangi.
Di hutan
mangrove ini, terdapat banyak satwa, seperti burung bangau putih dan jalak, serta satwa laut seperti kepiting, pari, udang, dan kerang.
Pengunjung diajak menikmati indahnya nuansa hutan
mangrove melalui jembatan setapak yang terbuat dari kayu. Di sepanjang jalan, terdapat gasebo-gasebo yang bisa digunakan sebagai tempat beristirahat, sambil menikmati kuliner khas Tegalpare. Seperti Iwak pe (pari) rica-rica, sate kerang, kepiting asam manis, dan aneka kuliner lainnya. Di sekitar lokasi juga terdapat kolam pancing untuk yang gemar memancing.
Destinasi ini cocok untuk wisata keluarga, dan edukasi untuk anak-anak sekolah. Berwisata bersama keluarga, sambil edukasi pada anak-anak untuk merawat lingkungannya.
Hary mengatakan, Disperipangan akan terus melakukan pembinaan. Selanjutnya wisata ini akan dikembangkan dengan perahu untuk menelusuri hutan
mangrove, serta pengembangan sentra kuliner.
"Dengan adanya destinasi wisata ini, akan memacu kelompok pemuda di daerah pantai lainnya untuk melakukan hal serupa," kata Hary.
Panorama Kili-Kili ini dikelola oleh anak-anak muda yang tergabung dalam Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Bangkit Remaja Tagalpare (Baret).
Ketua Baret Muh Saeroni mengatakan, Baret beranggotakan 35 orang yang merupakan remaja dan anak muda desa, petani tambak, serta remaja nelayan Dusun Tegalpare.
Saeroni mengatakan destinasi wisata ini disiapkan sejak April lalu. Secara swadaya masyarakat membangun jembatan yang terbuat dari kayu dan bambu sepanjang 500 meter.
"Ini swadaya dari masyarakat Tegalpare. Kami membutuhkan waktu sekitar empat bulan untuk mempercantik destinasi wisata ini," kata Saoeroni.
Jembatan tersebut nantinya akan terus diperpanjang, hingga menyeberangi sungai.
Saeroni mengatakan, dengan adanya destinasi ini tujuan utamanya untuk konservasi dan perlindungan
mangrove. Dengan dijadikan menjadi tempat wisata, secara tidak langsung akan membuat masyarakat turut menjaga kelestarian
mangrove.
Tidak hanya itu, ibu-ibu warga Tegalpare juga dioptimalkan dengan membuka usaha kuliner di sekitar lokasi.
Meski baru dibuka, namun telah banyak pengunjung yang mendatangi Panorama Kili-Kili. Pada libur lebaran lalu.
0 comments